31 Juli 2008

Para Pegawai Negeri Sembah Bupati

Ini cerita yang dituturkan salah seorang warga Praya Timur yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil kepada redaksi Zaman Bergerak.

Suatu hari, dua minggu selepas lebaran, diselenggarakan sebuah pertemuan dan halal bihalal antara Lalu Ngoh, dengan para kepala sekolah dan pegawai negeri se-kecamatan Praya Timur. Pertemuan diselenggarakan di masjid di desa M (nama disingkat).

Seorang yang ditugaskan sebagai pembawa acara pada pertemuan itu memberi kata-kata pembuka dengan mengatakan: "Bupati kita, meskipun dia tidak pernah bersekolah, tidak tamat sarjana, tetapi pengetahuannya melebihi pengetahuan orang-orang yang sudah sarjana, S2 dan S3. Inilah kelebihan yang dimiliki oleh Bapak Bupati kita."

Pertemuan sekaligus silaturrahim itu isinya hanya sanjungan-sanjungan kepada Bupati. Banyak dari para pegawai negeri yang diberi kesempatan untuk berbicara pada pertemuan itu, hanya memberi sanjungan kepada Bupati. Sedikit dari mereka yang mau membicarakan masalah-masalah yang tengah mereka hadapi. Jika ada peserta yang bertanya sedikit kritis, maka dengan santai Bupati akan menjawabnya dengan kata-kata: "Itu bisa diselesaikan."

Betapa kerdil mental para pegawai negeri di kabupaten ini. Tetapi tentu ini bukan salah mereka. Sistemlah yang membentuk mentalitas mereka menjadi penjilat. Mereka tidak punya daya. Mereka patuh. Dan kepatuhan ini dicerminkan dengan cara-cara berlebihan, dengan memuji, menyanjung, bahkan menjilat.

Di akhir pertemuan, demikian cerita warga tadi, ketika Bupati hendak meninggalkan lokasi, para pegawai itu berebutan mencium tangan Bupati. Konon salah seorang dari mereka mencium alas kaki milik Bupati.

Tidak ada komentar: